Jumat Pekan Biasa XVI 27 Juli 2012
Yer 3: 14-17 +
Mzm + Mat 13: 18-23
Lectio:
Bersabdalah Yesus: ‘dengarlah arti perumpamaan penabur.
Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak
mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang
itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di
tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera
menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja.
Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun
segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar
firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman
itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang
mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus
kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali
lipat."
Meditatio:
‘Dengarlah
arti perumpamaan penabur ini’, tegas
Yesus.
‘Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang
Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang
ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan’.
Sebab dia hanya mau mendengar, tetapi
tidak memberi perhatian; dia bukannya tidak mengerti, melainkan tidak mau
mengerti, acuh tak acuh. Dia mungkin pergi ke gereja setiap hari Minggu, tetapi
tidak mau menikmati apa yang didengar dan dilihat, ketika berada di dalam
gereja. Pergi ke gereja hanya sekedar memenuhi kewajiban sebagai seorang beragama;
tetapi dia memang tidak beriman. Padahal seperti yang kita renungkan kemarin, ‘banyak nabi dan orang benar ingin melihat
apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu
dengar, tetapi tidak mendengarnya’. Karena dia tidak memberi hati, maka
segala yang ditaburkan itu malahan akan menjadi beban; bukan sukacita yang
didapatkan, melainkan kegelisahan diri.
‘Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah
orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi
ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau
penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad’. Dia ini adalah
seseorang yang suka bertepuktangan, seorang penggembira, tetapi ketika diminta
untuk menterjemahkan dan berpegang pada iman kepercayaan di saat badai
kehidupan menerpanya, dia malahan lari berbalik meninggalkan Tuhan. Dia
seseorang yang mudah berpindah ke lain hati, bukan seorang yang setia. Dia
pendengar sabda, tetapi bukan pelaksana.
‘Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar
firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman
itu sehingga tidak berbuah’. Keinginan
daging memang lebih kuat daripada keinginan roh (lih. Mat 26: 41). Sabda yang ditaburkan memang tumbuh dan
berkembang, tetapi kecenderungan insani lebih besar jatuh dan terarah pada hal-hal
inderawi, sehingga tak dapat disangkal ‘kekuatiran
dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain
masuk menghimpit firman’ (Mrk 4: 19). Gemerlap dunia memang lebih menarik,
dan sungguh memang ‘buah-buah pohon itu
baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati’
(Kej 3: 6). Namun tak dapat disangkal, ketertarikan diri kepada dunia amat
beresiko bagi jiwa.
‘Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang
mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus
kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat’. Dia bukan pendengar sabda yang menipu diri, melainkan
seorang pelaksana sabda yang memberi kehidupan (Yak 1: 22). Ia yakin langit dan
bumi, dan segalanya akan berlalu, tetapi sabdaNya tak berlalu (Mat 24: 35). Dia
adalah seseorang yang mampu memilih bagian terbaik dalam hidupnya; dan dia
menikmati selalu penyertaan Tuhan. ‘Kesukaannya
ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti
pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada
musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil’
(Mzm 1: 2-3).
Bagaimana
pengalaman kita dalam menanggapi sabda Tuhan?
Kiranya kerinduan Tuhan yang selalu ingin menyatukan kita
dalam hadiratNya, sebagaimana diutarakan dalam bacaan pertama, mendapatkan
tempat dalam hati kita. Itulah juga yang dialami beato Titus Brandsma, seorang
dosen dan wartawan. Di tengah-tengah kesibukannya sehari-hari, dia berusaha
melihat kehadiran Allah dalam setiap peristiwa hidup. Dia seorang karmelit yang
berjiwa kontemplatif dalam karya pelayanannya.
Oratio :
Ya Yesus, jadikanlah kami orang-orang yang
mau berpegang teguh pada sabdaMu, yang adalah kebenaran dan kehidupan, yang
menghantar kami kepada keselamatan jiwa. Semoga kami semakin membiarkan sabdaMu
berakar dalam diri kami. Amin.
Contemplatio :
‘Kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan
Taurat itu siang dan malam’.
Komentar
Posting Komentar
Anda dapat juga mengirim email ke mas6un@gmail.com